Data itu jamak. Bentuk tunggalnya datum. Datum didapat melalui pengamatan. Bentuknya bisa angka, simbol, maupun bahasa . Kumpulan beberapa datum disebut data. Data belum bisa berbicara dan tidak memiliki arti penuh sebelum dilakukan pengolahan, meliputi verifikasi, kritik, analisis dan interpretasi.
Saat ini, data menjadi salah satu kunci validitas dan keakurasian. Semua yang tidak berbasis data berarti hoax. Semua harus berbasis data. Tentunya data yang telah melalui proses pengolahan. Bukan data mentah. Berawal dari sini kemudian muncul badan maupun lembaga yang mengolah dan menjual data.
Data memiliki dua mata yang berbeda. Mata yang satu bersifat positif, mata satunya negatif. Mata yang satu optimis, satunya pesimis. Bisa mencemaskan, bisa juga menenangkan. Tergantung cara memandangnya.
Misalnya, ketika pemilu akan gelar, banyak sekali data data yang diberikan oleh lembaga survey. Data ini menjadi sangat penting karena berkaitan dengan popularitas dan elektabilitas. Dia juga berpotensi menimbulkan kenyamanan aekaligus kepanikan. Seseorang yang mengikuti running pemilu/kada pasti akan mengalami kepanikan ketika melihat data pendukungnya sedikit. Akibatnya, baliho yang baru muncul di pinggir dijalan tenggelam lagi. Begitu sebaliknya.
Anak anak kita, bahkan kita sendiri juga sering mengalami kepanikan ketika tidak memiliki paket DATA internet. Wkkkkk.....wkkkkkk
Dalam kasus pandemi korona, angka-angka terus beregerak. Sejak virus yang berasal dari Wuhan ini mewabah, setiap hari kita diberikan suguhan data. Juru bicara penanganan covid-19 Achmad Yurianto setiap hari memberikan data perihal kasus positif korona, PDP, ODP, pasien sembuh dan pasien yang meninggal. Data tersebut pun memiliki dua mata. Sehingga menimbulkan kegaduhan. Pandemi ini pun akhirnya seperti Pilkada.
Kata Cak Hud, data tetaplah data. Absurd. Data bukan dasar utama penyelesaian masalah. Sandaran yang mutlak adalah Tuhan. Sisipkanlah doa sebagai ikhtiar batin agar tidak hanya fokus pada usaha lahiriah. Ingat dan yakinlah inna ma'al 'usri yusro. Orang orang selalalu menyandarkan hidupnya kepada Tuhan pasti akan mendapatkan pencerahan batin serta ketenangan jiwa dari setiap perjalanan yang dilaluinya. Sehingga paham bahwa adanya wabah covid-19 adalah salah satu cara Tuhan menguji agar kita menjadi hambaNya yang layak mendapat derajat yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar